Minggu, 10 November 2013

Kepribadian Manusia


Secara umum kepribadian manusia ada 4, yaitu :
1. Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.
2. Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3. Phlegmatis :  tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4. Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.

Di atas ini adalah teori yang klasik dan sekarang teori ini banyak sekali berkembang, dan masih banyak digunakan sebagai alat tes sampai pengukuran potensi manusia. Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda. Dari ke 4 kepribadian tersebut, masing-masing kepribadian tersebut memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Misalnya tipe koleris identik dengan orang yang berbicara “kasar” dan terkadang tidak peduli, sanguin pribadi yang sering susah diajak untuk serius, phlegmatis sering kali susah diajak melangkah yang pasti dan terkesan pasif, melankolis terjebak dengan dilemma pribadi “iya” dimulut dan “tidak” dihati, serta cenderung perfectionis dalam detil kehidupan serta inilah yang terkadang membuat orang lain cukup kerepotan.


Setiap manusia tidak bisa memilih kepribadiannya, kepribadian sudah hadiah dari Tuhan sang pencipta saat manusia dilahirkan. Dan setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di aspek kehidupan social dan masing-masing pribadi.

http://www.pendidikankarakter.com/peran-pendidikan-karakter-dalam-melengkapi-kepribadian/


Pendidikan Karakter Menurut Beberapa Para Ahli


Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

1.  Pendidikan Karakter Menurut Lickona
Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Tetapi untuk mengetahui pengertian yang tepat, dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan karakter yang disampaikan oleh Thomas Lickona. Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
2.  Pendidikan Karakter Menurut Suyanto
Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun  negara.
3.  Pendidikan Karakter Menurut Kertajaya
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu (Kertajaya, 2010).
4.  Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikologi
Menurut  kamus psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982: p.29).
Nilai-nilai dalam pendidikan karakter
Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu , Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat/komunikatif,Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli social, Tanggung jawab.

http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-karakter/

Sejarah Mauknya Islam ke Indonesia


Kata Pengantar

            Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridhonya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Teori – Teori Masuknya Islam di Indonesia “ tanpa ada halngan apapun.
            Tujuan kami menyusun makalah ini adalah agar para pembaca dapat mempelajari tentang apa saja teori  - teori masuknya Islam di Indonesia.
            Dalam kesempatan ini tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen kami yaitu pak Hidayatullah sebagai Dosen pembimbing kami. Serta tak lupa kepada pihak – pihak yang telah membantu dlam penyusunan makalah ini.
            Kami menyadari bahwa hasil makalh yang kami kerjakan ini jauh ari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari Bapak / Ibu Dosen serta para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
            Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi kemajuan dalam bidang pendidikan dan menambah pengetahuan serta dapat menambah peningkatan ilmu kita.

BAB I
PENDAHULUAN

I.1  Latar Belakang Makalah

Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India. Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang asing seperti Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa.

Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur Tengah. Mereka tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang berupaya menyebarkan agama Islam.

1.2  Rumusan Masalah

a. Sejarah masuknya islam ke Indonesia ?
b. Beberapa teori-teori  masuknya islam ke ndonesia ?
c. Metode-Metode Masuknya Islam Di Indonesia ?





BAB II
PEMBAHASAN

  1. Sejarah masuknya islam ke Indonesia
Ø Jalur Penyebaran Agama Islam

Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia terjadi secara damai. Kemudian para ahli menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari segi peta perjalanannya, melalui dua jalur, yaitu :
  1. Jalur Utara
Arab - Damaskus - Baghdad - Gujarat - Srilangka - Indonesia.
  1. Jalur Selatan
Arab - Yaman (Hadralmaut) - Srilangka - Indonesia.

Mula-mula daerah masuk Islam pertama kali adalah Samudra Pasai (Aceh Utara) dan Pantai Barat Pulau Sumatra yang selanjutnya menyebar ke berbagai daerah, yaitu :
  1. Pariaman di Sumatra Barat, pembawanya adalah Syekh Burhanuddin seorang melayu.
  2. Gresik dan Tuban, pembawanya adalah Maulana Malik Ibrahim pedagang bangsa Hadralmaut.
  3. Demak, pembawanya adalah Raden Fattah dan pendirinya adalah para walisongo.
  4. Cirebon, penyebar dan pendirinya adalah Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
  5. Palembang, penyebarnya adalah Raden Rahmat.
  6. Banjar, pembawanya adalah mubaligh dari Johor Malaysia.
  7. Makassar, pembawanya adalah Datuk Ri Bandang.
  8. Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo di Maluku Utara. Penyebarnya adalah Syekh Mansur dari Arab dan Maulana Husein dari Gresik.
  9. Sorong di Irian Jaya, penyebarnya adalah mubaligh-mubaligh dari daerah-daerah yang telah masuk Islam.




  1. Beberapa teori masuknya islam ke Indonesia

Mengenai kedatangan Islam di Nusantara, terdapat diskusi dan perdebatan yang panjang diantara ahli sejarah, mengenai tiga masalah pokok, yakni tempat asal kedatangan Islam, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Berbagai teori dan pembahasan yang berusaha menjawab tiga masalah pokok ini belum tuntas. Tidak hanya kurangnya data yang dapat mendukung teori tertentu, tetapi juga karena sifat sepihak dari berbagai teori yang ada. Terdapat kecenderungan kuat adanya suatu teori yang hanya menekankan aspek-aspek khusus dari ketiga masalah pokok, tetapi mengabaikan aspek-aspek lainnya. Oleh karena itu, kebanyakan teori yang ada dalam segi-segi tertentugagal menjelaskan kedatangannya Islam, konversi agama yang terjadi, dan proses Islamisasi yang terlihat di dalamnya (Supriyadi, 2008:188).
Islam di Indonesia baik secara historis maupun sosiologis sangat kompleks, terdapat banyak masalah, misalkan tentang proses awal perkembangan Islam. Namun terlepas dari semua itu, ada sebuah kepastian bahwa kedatangan Islam ke Indonesia dilakukan secara damai. Tidak adanya catatan tentang peranan para penyebar Islam di Indonesia memunculkan beberapa pendapat terkait kapan, darimana dan dimana pertama kali Islam datang ke Indonesia. Palin tidak ada empat teori yang dimunculkan yaitu teori India, teori Arab, teori Persia dan teori Cina (Huda, 2007: 32).

1.      Teori India
            Ada beberapa ahli yang mengemukakan bahwa Islam berasal dari Gujarat (India). Pijnappel, seorang Profesor Bahasa Melayu di Universitas Leiden, Belanda mengatakan bahwa Islam di Indonesia (Nusantara) bukan berasal dari Arab atau Persia secara langsung, tetapi berasal dari India, terutama dari pantai barat yaitu Gujarat dan Malabar. Sebelum Islam sampai di Nusantara, banyak orang bermazhab syafi’i yang bermigrasi dan menetap di wilayah India. Dari sana Islam menyebar ke Nusantara (Drewes, 1983:8 dalam Huda, 2007:32).


Teori ini kemudian direvisi oleh C. Snouck Hurgronje, yang mnyebutkan bahwa Islam yang tersebar di Hindia Belanda (Indonesia) berasal dari wilayah Malabar dan Coromandel. Kota-kota tersebut merupakan pelabuhan di India Selatan, setelah Islam berpeijak kuat di wilayah tersebut. Penduduk yang berasal dari Deccan bertindak sebagai perantara dagang antara negeri-negeri Islam dan penduduk di Indonesia. Selanjutnya orang-orang dari Deccan dalam jumlah besar menetap di kota-kota pelabuhan di kepulauan Indonesia untuk menyemaikan benih-benih agama Islam tersebut. Baru setelah itu, datanglah orang-orang Arab yang menyebut diri mereka sayyid atau syarif selaku keturunan Nabi Muhammad-yang melanjutkan Islamisasi di Nusantara. Orang-orang ini menemukan kesempatan baik untuk menunjukkan keahlian organisasinya sehingga mereka banyak yang bertindak selaku ulama, pengausa-penguasa agama dan Sultan yang sering bertindak sebagai penegak pembentukan negeri-negeri baru (Hurgronje, 1994:24 dalam Huda, 2007: 33).
                             
1.      Teori Arab
            Islam dibawa ke Indonesia juga dibawa oleh pedagang Arab. Para pedagang Arab ini terlibat aktif dalam penyebaran Islam ketika mereka dominan dalam perdagangan Barat-Timur sejak awal abad ke-7 dan ke-8 M. Asumsi ini didasarkan pada sumber-sumber Cina yang menyebutkan bahwa menjelang perempatan abad ke-7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin permukiman Arab Muslim di pesisir barat Sumatera. Bahkan beberapa orang Arab ini telah melakukan kawin campur dengan penduduk pribumi yang kemudia membentuk inti sebuah komunitas Muslim yang para anggotanya telah memeluk Islam.
            Teori Arab tersebut semula dikemukakan oleh Crawfurd yang mengatakan bah Islam dikenalkan pada masyarakat di nusantara langsung dari Tanah Arab, meskipun hubungan bangsa Melayu-Indonesia dengan umat Islam di pesisir Timur India juga merupakan faktor penting. Teori Arab ini, dengan sedikit pengembangan didukung Keyzer yang berpendapat bahwa Islamdi neegeri ini berasal dari Mesir. Hal senada juga dikemukakan  Niemann dan de Hollander, dengan sedikit versi yang mengatakan bahwa Islam di Indonesia berasal dari Hadramaut. Sementara P.J. Veth berpandangan bahwa orang-orang Arab yang melakukan kawin campur dengan penduduk pribumi yang berperan dalam penyebaran Islam di permukiman baru mereka di Nusantara (Huda, 2007:36).
            Sejumlah ahli Indonesia dan beberapa ahli Malaysia mendukung teori Arab  dan madzab tersebut. Dalam seminar-seminar tentang kedatangan Islam ke Indonesia yang diadakan pada 1963 dan 1978, disimpulkan bahwa Islam datang langsung dari  Arab, bukan dari India.                      
2.      Teori Persia

            Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
a)      Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Suro.
b)      Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.
c)      Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat.
d)     Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e)      Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
        
3.      Teori Gujarat

Teori yang mengatakan bahwa Islam di nusantara datang dari India pertama kali dikemukakan oleh Pijnapel tahun 1872. Berdasarkan terjemahan Prancis tentang catatan perjalanan Sulaiman, Marcopolo, dan Ibnu Batutah, ia menyimpulkan bahwa orang-orang Arab yang bermadzhab Syafii dari Gujarat dan Malabar di India yang membawa Islam ke Asia Tenggara. Dia mendukung teorinya ini dengan menyatakan bahwa, melalui perdagangan, amat memungkinkan terselenggaranya hubungan antara kedua wilayah ini, ditambah lagi dengan umumnya istilah-istilah Persia yang dibawa dari India, digunakan oleh masyarakat kota-kota pelabuhan Nusantara. Teori ini lebih lanjut dikembangkan oleh Snouk Hurgronye yang melihat para pedagang kota pelabuhan Dakka di India Selatan sebagai pembawa Islam ke wilayah nusantara. Teori Snock Hurgronye ini lebih lanjut dikembangkan oleh Morrison pada 1951. Dengan menunjuk tempat yang pasti di India, ia menyatakan dari sanalah Islam dating ke nusantara. Ia menunjuk pantai Koromandel sebagai pelabuhan tempat bertolaknya para pedagang muslim dalam pelayaran mereka menuju nusantara.


4.      Teori Benggali

Teori yang dikembangkan Fatimi menyatakan bahwa Islam datang dari Benggali (Bangladesh). Dia mengutip keterangan Tome Pures yang mengungkapkan bahwa kebanyakan orang terkemuka di Pasai adalah orang Benggali atau keturunan mereka. Dan, Islam muncul pertama kali di semenanjung Malaya dari arah pantai Timur, bukan dari Barat (Malaka), pada abad ke-11, melalui Kanton, Phanrang (Vietnam), Leran, dan Trengganu. Ia beralasan bahwa doktrin Islam di semenanjung lebih sama dengan Islam di Phanrang, elemen-elemen prasasti di Trengganu juga lebih mirip dengan prasasti yang ditemukan di Leran. Drewes, yang mempertahankan teori Snouck, menyatakan bahwa teori Fatimi ini tidak bisa diterima, terutama karena penafsirannya atas prasasti yang ada dinilai merupakan perkiraan liar belaka.

5.      Teori Cina

Islam disebarkan dari Cina telah dibahas oleh SQ Fatimi. Beliau mendasarkan torinya ini kepada perpindahan  orang-orang Islam dari Canton ke Asia tenggara sekitar tahun 876 . Perpindahan ini dikarenakan adanya pemberontakan yang mengorbankan hingga 150.000 muslim. Menurut Syed Naguib Alatas, tumpuan mereka adalah ke Kedah dan Palembang.
Hijrahnya mereka ke Asia Tenggaran telah membantu perkembangan Islam di kawasan ini. Selain Palembang dan Kedah, sebagian mereka juga menetap di Campa, Brunei, pesisir timir tanah melayu (Patani, Kelantan, Terengganu dan Pahang) serta Jawa Timur.
Bukti-bukti yang menunjukan bahwa penyebaran Islam dimulai dari Cina adalah ditemukannya : batu nisan syekh Abdul Kadir bin Husin syah Alam di Langgar, Kedah bertarikh 903 M, batu bertulis Phan-rang di Kamboja bertahun 1025 M, batu isan di pecan Pahang bertahun 1028 M, batu nisan puteri Islam Brunei bertahun 1048 M, batu bersurat Trengganu bertahun 1303 M dan batu nisan Fathimah binti Maimun di Jawa Timur bertarik 1082 M.

6.      Teori Makkah

Teori ini dicetuskan oleh Hamka dalam pidatonya pada Dies Natalis PTAIN ke-8 di Yogyakarta (1958), sebagai antitesis untuk tidak mengatakan sebagai koreksi–teori sebelumnya, yakni teori Gujarat. Disini Hamka menolak pandangan yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 dan berasal dari Gujarat. Selanjutnya Hamka dalam seminar Sejarah Masuknya Agama Islam Di Indonesia (1963) lebih menguatkan teorinya dengan mendasarkan pandangannya pada peranan bangsa Arab sebagai pembawa agama Islam di Indonesia, kemudian diikuti oleh orang Persia dan Gujarat. Gujarat dinyatakan sebagai tempat singgah semata, dan makkah sebagai pusat, atau Mesir sebagai tempat pengambilan ajaran Islam.
Hamka menolak pendapat yang mengatakan bahwa Islam baru masuk pada abad 13, karena kenyataannya di Nusantara pada abad itu telah berdiri suatu kekuatan politik Islam, maka sudah tentu Islam masuk jauh sebelumnya yakni abad ke-7 Masehi atau pada abad pertama Hijriyah.
Guna dapat mengikuti lebih lanjut mengenai pendapat tentang masuknya Islam ke Nusantara abad ke-7, perlu kiranya kita mengetahui terlebih dahulu tentang peranan bangsa Arab dalam perdagangan di Asia yang dimulai sejak abad ke-2 SM. Peranan ini tidak pernah dibicarakan oleh penganut teori Gujarat. Tinjauan teori Gujarat menghapuskan peranan bangsa Arab dalam perdagangan dan kekuasaannya di lautan, yang telah lama mengenal samudera Indonesia daripada bangsa-bangsa lainnya.

  1. Metode - metode masuknya islam di Indonesia

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya islam masuk di Indonesia dibawa oleh pedagang asing yang singgah di Indonesia sehingga bisa disimpulkan masuknya islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai atau tanpa ada penumpahan darah.
Menurut Uka Tjandrasasmita masuknya islam di Indonesia di lakukan enam saluran yaitu :
  1. Saluran perdagangan
Masuknya pedagang-pedagang asing dikepulauan Indonesia seperti arab. Cina, Persia dan India merupakan awal mula masuknya islam di Indonesia yaitu bermula dari bermukimnya para pedagang asing di pesisir jawa yang penduduknya masih kafir. Hingga akhirnya mereka mampu mendirikan masjid-masjid dan pemukiman-pemukiman muslim.


  1. Saluran perkawinan
Dilihat dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial lebih baik dari pada pribumi Indonesia sendiri, sehingga tidak sedikit penduduk pribumi yang tertarik dengan para pedagang muslim tersebut khususnya putri-putri raja dan bangsawan. Proses islamisasi ini dilakukan sebelum adanya pernikahan yang kemudian dilanjutkan dengan proses pernikahan sampai pada akhirnya mereka mempunyai keturunan dan mampu membuat daerah-daerah atau bahkan kerajaan-kerajaan islam.

Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan adipati, karena bangsawan, raja, dan adipati dapat mempercepat proses masuknya islam di Indonesia.
Demikianlah yang terjadi antara raden rahmat atau sunan ampel dengan nyai manila. Sunan gunung jati dengan putri kaunganten. Brawijaya dengan putri campa yang menurunkan raden fatah ( raja pertama demak ).

  1. Saluran pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang di selenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama, dam kiai mendapat pendidikan agama. Setelah kelua dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing kemudian mereka berdakwah ketempat tertentu mengajarkan islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh raden rahmat di Ampel Denta Surabaya dan sunan giri di giri. Keluaran pesantren giri ini banyak yang di undang ke maluku untuk mengajarkan agama islam.


  1. Saluran kesenian
Saluran islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, sunan kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat islamisasi, seperti sastra ( hikayat, babad, dan sebagainya ), seni bangunan dan seni ukir.


  1. Saluran politik
Di maluku dan sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk islam setelah rajanya memeluk islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya islam di daerah ini. Di samping itu, baik di sumatera dan jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan islam memerangi kerajaan-kerajaan non-islam. Kemenangan kerajaan islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan islam itu menjadi masuk islam.

BAB III
PENUTUP

Ø  Kesimpulan
Ada beberapa pendapat mengenai masuknya islam ke Indonesia.  Teori yang dapat dijadikan sebagai acuan juga tidak hanya satu. Jadi memang datangnya agama islam ke Indonesia belum diketahui secara pasti, ini dikarenakan kejadiannya telah berlangsung sejak dahulu. Sehingga orang pada masa kini hanya bisa menerka-nerkan prosesnya. Namun  bersamaan dengan itikad itu, kita juga dapat memperoleh pelajaran mengenai masuknya islam ke Indonesia sehingga bisa menambah wawasan dan memperkokoh iman islam kita.

Daftar Pustaka

v  http://fachrysyifaurrahman39.blogspot.com/2013/07/sejarah-masuknya-agama-islam-ke.html