Fungsi
pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan
dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
ü Mempersiapkan
anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
ü Mengembangkan
bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
ü Melestarikan
kebudayaan.
ü Menanamkan
keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Fungsi lain dari lembaga pendidikan adalah sebagai
berikut.
- Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.
- Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
- Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
- Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
v Transmisi
(pemindahan) kebudayaan.
v Memilih dan
mengajarkan peranan sosial.
v Menjamin
integrasi sosial.
v Sekolah
mengajarkan corak kepribadian.
v Sumber
inovasi sosial.
GURU
IDAMAN
Ki
Hajar Dewantoro yang lahir pada 2 Mei 1899dan tiap tanggal 2 Mei kita memperingati
Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), telah mengambarkan tentang sosok guru
idaman nan ideal. Saya yakin kata-kata beliau tidak asing lagi di telingga
kita. Menurut beliau seorang guru harus:
1. Ing Ngarso Sung Tulodho
Kunci
sukses pendidikan yang pertama dan utama adalah Akhlaq. Guru benar–benar
harus bisa menjadi teladan dalam berakhlaq. Anak didik kebanyakan lebih percaya
dengan gurunya daripada orangtuanya, karena guru dianggap tahu segala-galanya.
Untuk itu segala tingkah laku, sopan santun guru akan menjadi panutan muridnya.
2.
Ing Madyo Mangun Karso
Kunci sukses kedua adalah Minat dan
Semangat Belajar. Guru harus benar–benar menjadi penggali minat dan pemompa
semangat belajar anak sehingga setiap anak mampu berpikir kritis dan belajar
mandiri. Jadi sebetulnya guru tidak perlu banyak mengajar, justru lebih perlu
banyak menggagas tentang beragam bintang prestasi di langit yang perlu setiap
siswa gapai.
Seorang bijak berpendapat bahwa tugas
guru itu ibaratnya bercerita tentang enaknya ilmu dan membangkitkan selera anak
untuk melahap ilmu tersebut. Keberhasilan tertinggi guru adalah jika mampu
mengubah siswa yang mogok belajar menjadi siswa lebih pandai dari dirinya. Ini
bukan tidak mungkin, karena otak anak dalam golden-age sedang otak gurunya
sudah mulai telmi, waktu belajar anak lebih luas, sementara waktu belajar guru
lebih terbatas, sumber belajar saat ini lebih banyak daripada sumber belajar
ketika guru kuliah
.
3. Tut Wuri Handayani
3. Tut Wuri Handayani
Kunci sukses ketiga adalah Pengasuhan
dan Pengayoman. Guru harus benar–benar pengganti orang tua yang menerapkan
Asah, Asih, Asuh, namun sekali lagi bukan dalam arti mengajar tapi mendidik.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar