BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebelum memasuki
bangku sekolah, anak terbiasa memandang dan mempelajari segala peristiwa yang
terjadi di sekitarnya atau yang dialaminya sebagai suatu kesatuan yang utuh
(holistik), mereka tidak melihat semua itu secara parsial (terpisah-pisah).
Sayangnya, ketika memasuki situasi belajar secara formal di bangku sekolah
dasar, mereka disuguhi oleh berbagai ilmu atau mata pelajaran yang terpisah
satu sama lain sehingga mereka terkadang mengalami kesulitan untuk memahami
fenomena yang terjadi di lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya.
Penyelenggaraan pendidikan dengan menekankan pada pembelajaran yang memisahkan
penyajian antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya akan
mengakibatkan permasalahan yang cukup serius terutama bagi siswa usia sekolah
dasar.
Pembelajaran
yang memisahkan secara tegas penyajian mata pelajaran-mata pelajaran tersebut hanya akan membuahkan kesulitan setiap
anak karena hanya akan memberikan pengalaman belajar yang bersifat artifical atau pengalaman
belajar yang dibuat – buat. Oleh karena itu, proses pembelajaran pada satuan
pendidikan sekolah dasar, terutama untuk kelas – kelas awal, harus
memperhatikan karakteristik anak yang akan menghayati pengalaman belajar
tersebut sebagai satu kesatuan yang utuh. Pengemasan pembelajaran harus
dirancang secara tepat karena akan berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman
belajar anak. Pengalaman belajar yang menunjukan kaitan unsure – unsure
konseptual baik di dalam maupun antar mata pelajaran, akan memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran
yang efektif dan lebih bermakna (meaning learning).
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan
pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi anak. Pembelajaran terpadu diyakini
sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan anak. Pembelajaran terpadu secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan yang luas
bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan.
Dengan demikian, memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami masalah kompleks yang ada di
lingkungan sekitarnya dengan pandangan yang utuh. Dengan pembelajaran terpadu
ini siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan,
menilai dan menggunakan informasi yang ada di sekitarnya secara bermakna. Hal
itu dapat diperoleh tidak saja melalui pemberian pengetahuan baru kepada siswa
melainkan juga melalui kesempatan memantapkan dan menerapkannya dalam berbagai
situasi baru yang semakin beragam.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Pengertian Model Fragmented?
2.
Bagaimana
Gambaran Model Fragmented?
3.
Bagaimana
Manfaat Model Fragmented?
4.
Bagaimana
Kelemahan Model Fragmented?
5.
Bagaimana
Kegunaan Model Fragmented?
6.
Bagaimana
Penerapan Model Fragmented?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
Mengetahui Bagaimana Pengertian Model Fragmented ?
2.
Untuk
Mengetahui Bagaimana Gambaran Model Fragmented ?
3.
Untuk
Mengetahui Bagaimana Manfaat Model Fragmented ?
4.
Untuk
Mengetahui Bagaimana Kelemahan Model Fragmented ?
5.
Untuk
Mengetahui Bagaimana Kegunaan Model Fragmented ?
6.
Untuk
Mengetahui Bagaimana Penerapan Model Fragmented ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Model Fragmented
Model Fragmented adalah susunan kurikulum
tradisional yang memisahkan berbagai macam disiplin ilmu. Secara khusus, ada
empat macam bidang akademis yang diberi nama Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA), Bahasa dan Seni, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),.Ilmu murni dan ilmu
praktis dalam hal ini seni digolongkan mata pelajaran lunak dibandingkan dengan berbagai mata pelajaran yang bersifat keras. Ada
berbagai macam disiplin ilmu yang kita namai dengan ilmu kemanusiaan. Di dalam
kurikulum standar, berbagai mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah dan sama sekali
tidak ada usaha untuk menghubungkan dan menggabungkan pelajaran-pelajaran
tersebut. Dan karena inilah ada semacam hubungan tumpang tindih antara ilmu
pengetahuan Fisika dan Kimia dalam mata pelajaran IPA dan hubungan antara keduanya bersifat implicit
dan bukan secara eksplisit (jelas) sehingga perlu adanya pendekatan di
dalamnya.
Berdasarkan pernyataan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa model fragmented ini menunjukkan pengintegrasian secara
implicit di dalam satu displin ilmu tertentu (intra disiplin). Di dalam
masing-masing disiplin ilmu itu memiliki bagian-bagian atau bidang-bidang ilmu
yang merupakan satu kesatuan dalam bidang ilmu tersebut. Misalnya dalam
pembelajaran Bahasa Indonesi terdapat lima aspek yaitu: Berbicara, menulis,
menyimak, membaca, dan apresiasi sastra. Dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa
Indonesia ini lima aspek tersebut dianjurkan secara menyeluruh sesuai dengan
kurikulum yang telah direncanakan. Untuk mata pelajaran IPA terdiri atas ilmu
Kimia, Fisika, dan Biologi. Sedangkan mata pelajaran IPS terdiri atas ilmu Geografi, Sejarah, dan
Ekonomi dan Koprasi.
2.2 Gambaran Model Fragmented
Dalam jenjang pendidikan tingkat
menengah, masing-masing disiplin ilmu tersebut diajarkan oleh guru yang berbeda dengan menggunakan berbagai macam
lokasi yang berbeda tetapi masih di lingkungan sekolah yang sama. Hal ini yang menyebabkan pemecahan
atau pemisahan materi dalam kurikulum antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lainnya. Dan
pemisahan antara berbagai bidang ilmu itu terlihat jelas pada saat guru
mengatakan “Sekarang anak-anak bukalah buku IPA kalian dan masukkan buku
Matematikamu, dan sekarang waktunya kita belajar IPA”. Dan jadwal pelajaran di
sekolah pun menunjukkan jadwal yang berbeda antara pelajaran Matematika, IPA,
atau bidang ilmu Sosial yang lainnya. Hampir tak satu pun mata pelajaran yang dijadikan satu atau
dihubungkan satu kesatuan yang saling berkaitan.
2.3 Manfaat Model Fragmented
Salah satu manfaat dari model fragmented ini adalah menjaga
agar suatu mata pelajaran
terjaga keaslian dan kemurniannya tidak tercampuri dengan mata pelajaran yang lainnya. Oleh karena
itu model ini menyiapkan seorang guru yang betul-betul pakar atau ahli di
bidang mata pelajaran yang ia ajarkan dan mampu
mengajarkan, menggali, dan memahami materi tersebut secara luas dan mendalam.
Dan model ini juga memberikan “zona kenyamanan” bagi seluruh pesertanya artinya
guru akan ditempatkan sebagai seorang sumber belajar, sedangkan siswa sebagai
pencari ilmu yang berbeda. Dengan bantuan seorang guru siswa akan banyak
mendapatkan manfaat dari model fragmented ini.
2.4 Kelemahan Model Fragmented
Kelemahan dari model fragmented ini ada dua yaitu siswa
tidak mampu membuat hubungan yang berkesinambungan antara macam bidang ilmu
yang berbeda sehingga mereka tidak mampu membuat hubungan secara konsep dua
mata pelajaran yang berbeda. Yang kedua
model ini akan menyebabkan semacam proses tumpang tindih dalam hal konsep,
perilaku dan konsep yang dikuasai siswa.
2.5 Kegunaan Model Fragmented
Model fragmented ini akan berguna apabila diterapkan pada
sekolah dasar yang siswanya memiliki berbagai macam karakter yang berbeda
dengan berbagai macam bidang ilmu yang ada yang nantinya siswa akan didorong
untuk memilih jurusan yang paling mereka sukai. Dan model ini sangat bermanfaat
pada tingkat menengah atas dan universitas di mana masing-masing siswa akan
kita dorong untuk menentukan dan mengkhususkan bidang keahlian yeng meraka
miliki melalui serangkaian aktivitas seperti monitoring, pelatihan, serta kerja
sama belajar. Selain itu model ini juga sangat bermanfaat untuk guru yang ingin
lebih spesifik dalam keahliannya di bidang ilmu tertentu dan menggembangkan
kurikulum yang ada dalam proses pembelajaran di kelas.
2.6 Penerapan Model Fragmented
Model fragmented di Sekolah Dasar sangat tepat diterapkan di
kelas tinggi yaitu di kelas IV, V, dan VI. Di kelas tersebut pemahaman siswa
lebih konkrit dibanding di kelas I, II, dan III yang masih bersifat abstrak
atau global sehingga di kelas tinggi ini siswa mampu untuk menerima guru dan
mata pelajaran yang berbeda dalam proses
pembelajarannya.
Sebagai contoh penerapan, berikut ini tentang pembelajaran
Bahasa Indonesia di sekolah dasar kelas 5 dengan menggunakan pembelajaran
terpadu model fragmented.
Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan
kemampuan berbahasa siswa baik lisan maupun tertulis. Kemampuan berbahasa
meliputi kemampuan mendengarkan, membaca, berbicara, menulis, dan apresiasi
sastra. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan kelima kemampuan
tersebut dapat meningkat baik secara lisan maupun tertulis.
Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berbahasa
siswa diperlukan berbagai usaha, strategi maupun metode yang inovatif dan
kreatif sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia tidak menjadi pembelajaran yang
membosankan bagi siswa. Dengan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan diharapkan siswa dapat belajar mandiri dan merasa bertanggung jawab untuk mengembangkan
kemampuannya sendiri tanpa ada paksaan dari guru. Untuk mencapai tujuan
tersebut seorang guru harus berusaha untuk membuat rencana pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan, potensi, sarana dan prasarana yang tersedia.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, kelima aspek kemampuan
berbahasa tersebut harus diberikan secara menyeluruh dan terencana, sehingga
diharapkan siswa dapat meningkatkan dan menguasai kelima aspek tersebut baik
secara lisan maupun tulis dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Pembelajaran kebahasaan juga tak kalah pentingnya dalam
pengembangan pembelajaran Bahasa Indonesia selain kelima aspek kemampuan
berbahasa tersebut. Walaupun dalam KTSP pembelajaran kebahasaan tidak
dicantumkan secara eksplisit atau secara tertulis tetapi dalam pengembangan
pembelajarannya aspek kebahasaan ini harus diberikan secara terintegrasi dalam
kelima aspek tersebut. Hai ini disebabkan aspek kebahasaan merupakan dasar dari
kemampuan berbahasa seseorang agar mereka dapat berkomunikasi dengan baik dan
benar secara lisan maupun tulis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Model Fragmented adalah model pembelajaran
konvensional (umumnya) yang terpisah secara mata pelajaran. Hal ini dipelajari
siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran
dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang
berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran memiliki
ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk mempersatukannya. Setiap mata
pelajaran berlangsung terpisah dengan pengorganisasian dan cara mengajar yang
berbeda dari setiap guru.
3.2 Saran
Seorang pendidik (guru) diharapkan mampu menyesuaikan dan
mengkondisikan kepada siswa yang bagaimana model pembelajaran fragmented ini
diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
ü Resmini, Novi. Model-model Pembelajaran
Terpadu pdf. Universitas Pendidikan Indonesia
ü Soenarko, Bambang. 2011. Konsep Pembelajaran Terpadu. Kediri:
Universitas Nusantara PGRI Kediri
ü Fogarty, Robin. The Mindful School.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar